Rabu, 14 Juli 2010

What a Wonderful World

Oleh: Indah Meitasari*
melonproperty.com
Ilustrasi

Bila musim liburan tiba, banyak orangtua yang sibuk merencanakan bepergian bersama anak-anaknya untuk berlibur. Biro perjalanan dan tour banyak menawarkan program atau paket perjalanan yang menarik hati. Dari bepergian seputar tanah air, hingga ke mancanegara. Dari negara tetangga hingga ke ujung Benua Afrika. Sungguh bahagia dan menyenangkan bagi keluarga yang memiliki kesempatan berlibur. Bila menuruti keinginan, rasanya ingin memiliki banyak kesempatan ke luar negeri. Tapi apa daya, banyak yang harus disiapkan, terutama dari segi dana. Karena harus menabung dahulu baru bisa terlaksana.

Melihat negeri orang sangat menakjubkan. Sungguh indah dan damai... Udara yang sejuk dan segar, jalan-jalan yang rapi dan bersih, kendaraan yang tertib dan lenggang, penduduknya sopan dan ramah, lingkungan yang asri dengan pepohonan yang rimbun, serta bunga aneka warna yang cantik, bangunan megah nan menawan, sungai yang jernih dan lain-lain pemandangan yang membuat mata takjub.

Berjalan-jalan ke luar negeri, terutama ke negara maju, merupakan suatu hal bermakna dimana kita bisa mengambil hikmah dan pelajaran dari negara yang dikunjungi. Dari segi disiplin, ketertiban, keamanan, kenyamanan, keasrian, dll, bisa djadikan contoh untuk kita. “Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu yang mudah dijelajahi, maka jelajahilah disegala penjurunya. Dan makanlah sebagian dari rezekiNya. Dan hanya kepadaNyalah kamu kembali” (Qs 67 ayat 15).

Meski tidak semua kebaikan dimiliki oleh mereka, namun dari hal-hal yang negatifpun dapat kita ambil sebagai pelajaran untuk kemajuan dan peradaban bangsa. Bukankah kita diharuskan mengambil pelajaran dari kaum-kaum terdahulu?

Di dalam Al Quran, Surat Al Qomar, banyak dikisahkan tentang kejadian yang menimpa kaum terdahulu agar kita bisa menarik pelajaran dari mereka. Kehancuran Kaum Nuh AS, ketika kaumnya mendustakan nabinya, sehingga mereka tenggelam lautan air bah, “Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah”. Demikian pula Kaum Ad, ditimpa azab yang dahsyat dimana Allah SWT menghembuskan kepada mereka angin yang sangat kencang secara terus menerus, sehingga mereka bergelimpangan. Kehancuran Kaum Samud ketika mendustakan wahyu yang dibawa oleh nabinya adalah dengan azab berupa suara yang keras dan mengguntur, sehingga mereka seperti rumput-rumput kering. Begitu pula Kum Luth, yang mengalami masalah moralitas hingga ditimpa azab dengan dihembuskannya angin yang membawa batu-batu dan menimpa mereka.. “Dan sesungguhnya telah Kami binasakan orang yang serupa dengan kamu. Maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?” (Qs 54 : 51)

Sebagai hambaNya tentu kita bersyukur, karena Allah menciptakan segala sesuatunya dengan keadilan ”Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan) supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu. Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu. Dan Allah telah meratakan bumi untuk makhluknya... Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” (Qs 55: 7-13). Bumi tempat kita berpijak, tanah air kita Indonesia harus dijaga keseimbangannya. Neraca keadilan harus ditegakkan agar kedamaian dapat tercipta. Jangan melampaui batas, jangan membuat keonaran dan jangan membuat kerusakan dimuka bumi. Mungkin seperti itu makna yang terkandung di dalamnya.

Ada rasa takjub melihat negeri di seberang dan ada rasa miris melihat negeri sendiri. Penuh ketidaktertiban, polusi, bentrokan atau tawuran, kemacetan dan lain sebagainya yang membuat diri seperti hilang rasa kebanggaan akan negeri. Ada yang dirindukan dari negeri ini yakni kedamaian. Sungguh, ”damai’ adalah kata idaman yang ingin diwujudkan oleh sebuah negara. Wajar saja, pendiri bangsa ini merumuskan kata-kata yang bermakna perdamaian pada Pembukaan UUD 1945, dengan kalimat “..kemerdekaan hak segala bangsa oleh sebab itu penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan”. Serta turut mewujudkan ketertiban dunia berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial. Hal ini berarti bahwa ada keinginan untuk terwujudnya negara yang damai, bebas dari penjajahan. Namun kini, penjajah itu bukan ancaman dari luar saja, tetapi ancaman dan penjajahan dari sesama anak bangsa yang “memakan” saudaranya sendiri yang mengabaikan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan. Korupsi, kekerasan, kriminalitas, bahkan kerap terjadi tindak kekerasan di sekolah atau di kampus, dimana senior memukuli adik kelasnya masih sering ditemui.

Di mana bumi dipijak, disitu langit dijunjung. Bahwa sebagai bangsa Indonesia kita harus bangga dan cinta pada tanah airnya. Merindukan perdamaian, sesungguhnya kita merindukan Allah As Salam. Merindukan Keadilan, sesungguhnya kita merindukan Allah Al Adl. Upaya mewujudkan perdamaian dan keadilan sesungguhnya adalah upaya untuk mendekatkan diri kepada AsSalam dan Al Adl. Mungkin bukan setahun atau dua tahun, tapi bisa jadi 5 atau 10 tahun kemudian, atau bisa juga terwujud setelah kita tiada. Negeri aman, tenteram dan damai. Tak terasa air mata menetes, ketika mendegarkan lagu yang dinyanyikan oleh Luis Armstrong, What A Wonderful World, sebuah dunia yang indah:

I see trees of green red roses too
I see them bloom for me and you
And I think to myself what a wonderful world

I see skies of blue and clouds of white
The bright blessed day, the dark scared night
And I Think to myself what a wonderful world

The colours of the rainbow so pretty in the sky
Are also on the faces of people going by
I see friends shaking hands saying how do you do
They really saying I love you
I hear babies cryin’ I watch them grow
They’ll learn much more and I’ll never know
And I think to myself
What a wonderful world

* Penulis adalah alumni ESQ, pengarang buku "Love is Actually All Around", pemerhati lingkungan dan kehidupan sosial

0 komentar: